TARI TRADISIONAL
1. Tari Saman (Daerah Istimewa Aceh)
Tari saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk
merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian saman
mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan
untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dalam beberapa literatur menyebutkan tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan
oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara. Tari
saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia dalam Sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan
Budaya Tak benda UNESCO di Bali, 24 November 2011
2. Tari Kecak (Bali)
Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang
mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa. adalah
pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan
terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau
lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu
menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari
ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar[1], melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan
kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
3. Tari Topeng (Daerah DKI Jakarta)
Tari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawidalam menyambut
tamu agung. Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng
telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari
yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita
kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh
leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku,
topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.
4. Tari Serimpi (Jawa Tengah)
Tari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana
lembut, agung dan menawan. Serimpi sama artinya dengan bilangan empat. Kata
Srimpi menurut bahasa jawa artinya “impi atau mimpi”. Tarian Serimpi merupakan
tarian yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini ditarikan oleh 4 orang putri
yang diiringi oleh musik gamelan Jawa. Gerakan tangan dari sang penari yang
lambat dan gemulai adalah ciri khas dari tarian Serimpi Yogyakarta. Dari ke 4
putri tersebut, masing-masing melambangkan unsur dunia, yaitu : grama (api),
angin (udara), toya (air), dan bumi (tanah). Hal dimaksud melambangkan asal
usul terjadinya manusia dan juga melambangkan 4 penjuru mata angin. Pada
dasarnya tari Serimpi ini mengambarkan sifat baik dan sifat buruk. Manusia
diajarkan untuk selalu berbuat baik sebagai bekal menghadap Sang Pencipta. Dari
ke 4 putri tersebut masing-masing mempunyai nama yaitu : Batak, Gulu, Dhada dan
Buncit.
Tari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa,
kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu. Tarian ini dikemas
sebagai gambaran keberanian seorang pangeran yang berjuang dalam sebuah medan
pertempuran. Makna sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan
tarian ini. Tarian yang dipromosikan sekitar tahun1900 ini, pernah dimanfaatkan
oleh nasionalis Indonesia untuk berkomunikasi kepada masyarakat.
6. Tari Monong (Kalimantan Barat)
Tari Monong sering juga disebut dengan tari Manang. Tari ini merupakan
sebuah tari penyembuhan yang dapat menyembuhkan atau menangkal penyakit yang
ada dalam tubuh si sakit. Dalam tarian ini penari bertindak seperti seorang
dukun dengan menggunakan jampi-jampi, dan tarian ini merupakan bagian dari
upacara adat Bemanang/Balian.
7. Tari Radap Rahayu (Kalimantan Selatan)
Tari Radap Rahayu adalah tari klasik daerah Banjarmasin dan bersifat
sakral. Tari ini merupakan tarian untuk menyambut tamu sebagai tanda
penghormatan. Kata radap berasal dari beradap-adap yang memiliki arti
bersama-sama, berkelompok dan atau lebih dari satu. Rahayu memiliki arti galuh
wan bungas (perempuan yang cantik). Selain itu, Rahayu memiliki arti
kebahagian, kesenangan, kemakmuran.
Pada awalnya, tari Radap Rahayu adalah tarian yang memiliki
fungsi sebagai penolak bala dan bersifat ritual bagi masyarakat Banjarmasin.
Tari Radap Rahayu dilakukan pada upacara seperti kehamilan, perkawinan, dan
kematian. Tari Radap Rahayu sebagai tari penolak bala dan tari meminta
keselamatan berasal dari peristiwa di mana kapal Perabu Yaksa berisi
patih Lambung Mangkurat yang pulang berkunjung dari kerajaan majapahit. Ketika
sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai barito, kapal ini kandas di
tengah perjalanan. Perahu oleng dan nyaris terbalik.
Situasi itu membuat patih Lambung Mangkurat memuja Bantam yaitu meminta
pertolongan pada yang maha kuasa agar kapal diselamatkan. Tak lama, turun tujuh
bidadari ke atas kapal kemudian mengadakan upacara beradap-adap. Akhirnya kapal
selamat dan para bidadari kembali ke kayangan. Hal itu ditandai dengan gerakan
awal dan akhir tarian Radap Rahayu yaitu gerak terbang layang. Kini tari Radap
Rahayu lebih dilakukan saat acara-acara penyambutan tamu-tamu sebagai tanda
penghormatan.
8. Tari Tambun dan Bungai (Kalimantan Tengah)
Tari tambun dan bungai, berasal dari daerah palangkaraya, Kalimantan
Tengah. Tarian ini merupakan tari yang mengisahkan kepahlawanan Tambun dan
Bungai dalam mengusir musuh yang akan merampas hasil panen rakyat. Tambun dan
bungai adalah pejuang di Kalimantan Tengah. Tambun dan Bungai adalah tokoh
legenda suku dayak ot Danum yang tinggal di tengah pulau Kalimantan khususnya
wilayah Kabupaten Gunung Mas. Tambun dan Bungai adalah saudara dari ayah mereka
yang merupakan adik-kakak. Kedua orang ini, Tambun dan Bungai memiliki perasaan
yang sama yaitu jika salah satu diantara mereka bersedih maka yang satu akan
ikut merasakan kesedihan yang sama dialaminya. Keduanya memiliki karakter dan
sifat yang sama. Mereka memiliki watak yang cerdas, lemah lembut, peramah, suka
menolong sesama, sedikit menerima banyak memberi, cepat kaki ringan tangan,
bijaksana, dan pantang menyerah untuk membela kebenaran. Salah satu peristiwa
penting yang memjadikan Tambun dan Bungai sebagai pejuang di Kalimantan Selatan
adalah mereka selalu menang dalam pertempuran melawan musuh yang akan merampas
tanah dan panen masyarakat setempat. Mereka akhirnya mendapat gelar dari Nyai
Undang raja di Pematang Sawang yaitu gelar “Tumenggung Tambun Terjun
Ringkin Duhung” dan “Tumenggung Bungai Andin Sindai”. Atas semua perjuangan
Tambun dan Bungai, banyak orang yang menciptakan kebudayaan untuk mengenang
Tambun dan Bungai salah satunya adalah Tarian Tambun dan Bungai.
9. Tari Gong (Kalimantan Timur)
Tari Gong merupakan salah satu ekspresi seni masyarakat Dayak yang mendiami Kalimantan Timur. Tari Gong adalah tari yang mengekspresikan tentang kelembutan seorang wanita dengan menari di atas Gong dengan gerakan yang lemah lembut dan penuh keseimbangan. Tari ini mengungkapkan kecantikan, kepandaian dan lemah lembut gerakan tari. Sesuai dengan nama tarinya, tari Gong ditarikan di atas sebuah Gong, diiringi dengan alat musik Sapeq ( alat musik yang dipetik seperti kecapi). Penari Gong menggunakan busana berupa baju manik dan Taah ( pakaian khas wanita yang terdiri dari kain beludru yang dihiasi manik-manik, yang dipakai dengan cara dililitkan pada pinggang, yang masing-masing ujung tali dililitkan dan berhenti di pusar ), serta perlengkapan lainnya yang digunakan Lavung ( Topi yang dibuat dari rotan dan terdapat corak-corak sesuai dengan corak baju dan Taah), dan kalung yang terbuat dari manik-manik yang berwarna dan gigi atau taring Macan, dan bulu burung Enggang yang dikenakan di kedua belah tangan penari. Kesederhanaan tari Gong terlihat pada gerak dan musik. Gerak pada tari Gong hanya beberapa segmen tubuh saja yang bergerak, serta bentuk gerakannya diulang- ulang pada saat penari menuju Gong, saat berada di atas Gong dan turun dari Gong. Tari Gong memiliki gerak kaki yang sederhana dalam melangkah dan ayunan tubuh dan tangan yang lemah lembut. Kostum yang digunakan sangat mewah karena terbuat dari manik-manik yang dirangkai menjadi motif – motif binatang seperti motif Kalung Aso (Naga Anjing), pola permainan musik yang mendukung tarian ini datar tidak terjadi pergantian iringan dari awal hingga akhir tari.
Tari Gong merupakan salah satu ekspresi seni masyarakat Dayak yang mendiami Kalimantan Timur. Tari Gong adalah tari yang mengekspresikan tentang kelembutan seorang wanita dengan menari di atas Gong dengan gerakan yang lemah lembut dan penuh keseimbangan. Tari ini mengungkapkan kecantikan, kepandaian dan lemah lembut gerakan tari. Sesuai dengan nama tarinya, tari Gong ditarikan di atas sebuah Gong, diiringi dengan alat musik Sapeq ( alat musik yang dipetik seperti kecapi). Penari Gong menggunakan busana berupa baju manik dan Taah ( pakaian khas wanita yang terdiri dari kain beludru yang dihiasi manik-manik, yang dipakai dengan cara dililitkan pada pinggang, yang masing-masing ujung tali dililitkan dan berhenti di pusar ), serta perlengkapan lainnya yang digunakan Lavung ( Topi yang dibuat dari rotan dan terdapat corak-corak sesuai dengan corak baju dan Taah), dan kalung yang terbuat dari manik-manik yang berwarna dan gigi atau taring Macan, dan bulu burung Enggang yang dikenakan di kedua belah tangan penari. Kesederhanaan tari Gong terlihat pada gerak dan musik. Gerak pada tari Gong hanya beberapa segmen tubuh saja yang bergerak, serta bentuk gerakannya diulang- ulang pada saat penari menuju Gong, saat berada di atas Gong dan turun dari Gong. Tari Gong memiliki gerak kaki yang sederhana dalam melangkah dan ayunan tubuh dan tangan yang lemah lembut. Kostum yang digunakan sangat mewah karena terbuat dari manik-manik yang dirangkai menjadi motif – motif binatang seperti motif Kalung Aso (Naga Anjing), pola permainan musik yang mendukung tarian ini datar tidak terjadi pergantian iringan dari awal hingga akhir tari.
10. Tari Tandak (Riau)
Tarian tandak merupakan tarian dengan mengkombinasikan nyanyian. Bentuk
tariannya berupa pantun yang saling bertimbal-balik antara kelompok pria dan
wanita. Lagu atau pantun pada tarian ini berisi tentang hal-hal yang ada di
bumi atau mengenai kehidupan sehari-hari manusia. Tari tandak adalah tarian
pergaulan yang sangat digemari atau disukai di daerah Riau. Tari ini merupakan
gabungan antara seni tari dan sastra, biasanya dipertunjukan pada malam hari.
Tarian ini bertujuan agar pemuda dan pemudi mempunyai kesempatan untuk bertemu.
Pertemuan itu kadang-kadang berakhir pada jatuh cinta. Tari Tandak menjadi
media silaturahmi tempat bertemunya antara pemuda dan pemudi antar
kampung.Banyak pasangan suami istri yang bermula dari pertemuan acara tari
Tandak ini namun ada pula yang kisah cintanya tidak direstui pihak keluarga.
TARI KREASI BARU
1. Tari Nguri
Tari Nguri merupakan tari kreasi baru yang bertemakan penyambutan dan
persembahan. Tari ini pada mulanya diilhami oleh suasana kehidupan seputar
istana sumbawa, ketika raja ditimpa duka beruntun, maka beberapa wanita datang
menghadap dengan tujuan menghibur, melahirkan ucapan yang lemah lembut
(menyentuh), istilah daerahnya disebut “Kuri”, sembari mempersembahkan sesuatu
yang mengurangi kedukaan sang raja. pada dewasa ini Tari Nguri telah dihayati
masyarakat pendukungnya. Sesuai tuntutan perkembangan zaman maka tari ini
semakin membuka jendela wawasannya, sebagian tari penyambutan dalam menerima
kunjungan kerja tamu terpandang dari pusat. Nampak jelas dalam gerak tari ini
tercermin gerak tanak, renat, linting, sere, basalunte, dan lain-lain yang
merupakan Tari Sumbawa.
2. Tari Kuntulan (Pemalang)
Tarian Kuntulan mulai dikenal masyarakat Pemalang pada sekitar awal
abad 20 yaitu pada saat di tanah air banyak muncul pergerakkan kebangsaan.
Tokoh-tokoh masyarakat Pemalang pada saat itu tak mau ketinggalan ikut dalam
kancah perjuangan nasional, yaitu dengan dibentuknya perkumpulan bela diri,
khusunya pencak silat. Kegiatan bela diri tersebut ketika saat itu selalu diiringi
dengan rebana dan pukulan bedug serta dikumandangkan pula doa-doa salawat nabi
sehingga terkesan sebagai kegiatan kesenian bertajuk keagamaan. Sebagai
hiburan, biasanya dipentaskan pada acara hajatan, upacara hari besar nasional,
dan lain-lain. Gerakannya seperti gerakan-gerakan dalam ilmu pencak silat.
Perpaduan jurus-jurus bela diri yang tampak sangat artistik.
3. Tari Merak (Jawa Barat)
Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang
mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya
diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden
Tjetje Somantri. Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan
dikepalanya memiliki seperti mahkota. Kehidupan merak yang selalu mengembangkan
bulu ekornya agar menarik burung merak wanita menginspirasikan R. Tjetje
Somantri untuk membuat tari Merak ini. Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu
adalah terlihat dari pakaian yang dipakai penarinya memiliki motif seperti bulu
merak. Kain dan bajunya menggambarkan bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau
biru dan/atau hitam. Ditambah lagi sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau
ekor merak yang sedang dikembangkan. Gambaran merak akan jelas dengan memakai
mahkota yang dipasang di kepala setiap penarinya. Tarian ini biasanya ditarikan
berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga lebih yang masing-masing
memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya. Iringan lagu gendingnya yaitu
lagu Macan Ucul. Dalam adegan gerakan tertentu terkadang waditra bonang dipukul
di bagian kayunya yang sangat keras sampai terdengar kencang, itu merupakan
bagian gerakan sepasang merak yang sedang bermesraan. Dari sekian banyaknya
tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri, mungkin tari Merak ini
merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri. Tidak heran kalau
seniman Bali juga, diantaranya mahasiswa Denpasar menciptakan tari Manuk Rawa
yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan tari Merak.
4. Tari Rara Ngigel
Tari Rara Ngigel adalah sebuah tari yang dikoreografikan oleh Ida
Wibowo, putri guru tari terkenal Bagong Kussudiarjo. Tarian ini menceritakan
tumbuhnya seorang gadis yang beranjak dewasa. Tari Rara Ngigel biasanya
ditarikan oleh wanita, tetapi kadang ditarikan berpasangan dengan pria. Gerak
tari yang lembut diinspirasi dari gerak-gerak tari gaya Yogyakarta, sedangkan
gerak-gerak yang tegas dan patah-patah diinspirasi dari gerak jawa barat an.
Sedangkan untuk pakaian merupakan percampuran dari budaya jawa dan cina,
terlihat dari tusuk konde yang dipake di kepala.
5. Tari
Kupu – Kupu
Tari kupu-kupu atau tari kupu-kupu tarum adalah salah satu dari sekian
banyak tarian yang berasal dari Bali. Keberadaan Bali dalam sisi seni budaya,
keindahan alam dan religiusitasnya telah diakui dan dikenali oleh masyarakat
Internasional. Maka tak heran jika banyak budayawan dan seniman Bali yang
terkenal dalam pentas dunia seni internasional. Tarian kupu-kupu adalah jenis
tarian grup putri yang dimainkan oleh lima orang perempuan atau lebih. Tarian
ini menggambarkan kupu-kupu berwarna biru tua atau tarum yang sedang terbang
dan hinggap dari satu bunga ke bunga lainnya. Secara filosofis, tarian
kupu-kupu adalah penggambaran keindahan, kedamaian dan eksotoknya pulau Bali.
Gerakan yang gemulai dengan komposisi gerak yang dinamis dan menawan,
menjadikan tarian kupu- sedikit berbeda dengan nuansa yang diciptakan oleh
tarian Bali pada umumnya sehingga lebih terkesan nuansa damai saat menontonya.
Serta perpaduan warna kostum antara kain berwarna gelap dan terang seperti
biru, kuning emas, dan hijau tua serta mahkota yang berkilauan dengan
pernak-pernik keemasan, menggambarkan keindahan dalam kontrasnya perbedaan.
Seperti keindahan alam, kondisi sosial, ragam karya seni, budaya serta
keyakinan masyarakat Bali yang bersatu dalam keharmonisan gerak. Iringan
musiknya pun, meski dengan alat yang sama yakni gamelan Bali, ada harmoni nada
dengan birama yang lembut. Tidak menghentak-hentak seperti tari kecak.
6. Tari Manipuri
Manipuri berasal dari Manipur, India Timur Laut. Gerakan tari ini
awalnya dinamakan jogai yang berarti gerakan melingkar. Berdasarkan teks kuno,
tari ini melambangkan gerakan planet yang mengelilingi matahari. Menurut
mitologi hindu, saat Khrisna , Radha dan ghopi menarikan tari Ras Leela, Shiva
menjaga agar tidak seorangpun yang mengganggu tarian mereka.Parvati, permaisuri
Shiva juga ingin melihat tarian ini, jadi Shiva memilih tempat yang paling
indah di Manipur dan menarikan kembali tari Ras Leela. Setelah berabad-abad
kemudian, pada abad ke-11, selama masa pemerintahan Raja Loyamba, pangeran
Khamba dan Dinasti Khomal Putri Thaibi dari Dinasti Mairang menarikan kembali
tari ini dan kemudian dikenal sebagai Lai-Haraoba, tarian tertua dari Manipur.
Gaya tari Manipuri berkembang berdasarkan kehidupan dan budaya rakyat Manipuri
dan memiliki cirikhas dekorasi yang berwarna-warni serta gerakan kaki yang
lincah.
7. Tari Yapong (Jakarta)
Tari Yapong merupakan suatu bentuk tarian dari Jakarta yang diciptakan
untuk sebuah pertunjukan.[1] Tarian ini bukan jenis tarian pergaulan seperti
tari daerah kebanyakan, misalnya tari Jaipong dari Jawa Barat. Namun dalam
perkembangannya, tarian ini sering dijadikan sebagai tari pergaulan untuk
mengisi sebuah acara sesuai dengan permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi
di dalamnya. Pada awalnya, tari Yapong dipertunjukkan dalam rangka
mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Pada saat
itu, Dinas Kebudayaan DKI mempersiapkan sebuah acara pagelaran tari massal
dengan mengangkat cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Pagelaran berbentuk
sendratari ini dipercayakan kepada Bagong Kussudiarjo untuk menyelenggarakan
acara tersebut. Untuk mempersiapkan pagelaran itu, Bagong mengadakan penelitian
selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi. Bagong melakukan
penelitian tersebut melalui perpustakaan, film, slide maupun observasi langsung
kepada masyarakat Betawi. Akhirnya, pagelaran ini berhasil dipentaskan pada
tanggal 20 dan 21 Juni 1977 bertempat di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Pementasan
tersebut didukung oleh 300 orang artis dan musikus yang ikut andil di dalamnya.
Tari ini merupakan tari yang gembira dengan gerakan yang dinamis dan eksotis.
Dalam gerakan tarian Yapong diperlihatkan suasana yang gembira karena menyambut
kedatangan Pangeran Jayakarta. Adegan tersebut dinamai Yapong dan tidak
mengandung arti apapun. Istilah tersebut muncul dari lagunya yang berbunyi ya,
ya, ya, ya yang dinyanyikan oleh penyanyi pengiringnya serta suara musik yang
terdengar pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” yang semakin lama
berkembang menjadi Yapong.
8. Tari Manuk Rawa (Bali)
Tarian manuk rawa pertama kali diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan
Dibia (koreografer), dan I Wayan Beratha (komposer). Sebelum menjadi sebuah
tari lepas, tari Manukrawa merupakan bagian dari sendratari Mahabharata Bale
Gala-Gala karya tim sendratari Ramayana/Mahabharata Propinsi Bali yang
ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali tahun 1980. Komposisi tari manuk rawa :
Tarian yang dibawakan oleh sekelompok (antara 5 sampai 7 orang ) penari wanita
ini merupakan tarian kreasis baru yang menggambarkan perilaku sekelompok burung
(manuk) air (rawa) sebagaimana yang dikisahkan didalam cerita Wana Parwa dari
Epos Mahabharata. Dari Sejarah tari Manukrawa, Gerakan nya diambil dari tari
klasik Bali yang dipadukan dengan gerakan tari dari Jawa dan Sunda, yang telah
dimodifikasikan sesuai dengan tuntutan keindahan. Tarian Manukarawa
terinspirasi dari burung Manukrawa sendiri.Manukrawa diambil dari kata Manuk
yang artinya burung. Jadi manukrawa adalah burung yang hidup di rawa. Maka
tidak heran jika tari Manukrawa menyerupai gerakan Manukarawa.Sebelum menjadi
sebuah tari lepas, tari Manukrawa merupakan bagian dari sendratari Mahabharata
Bale Gala-Gala karya tim Sendratari Ramayana/Mahabharata Propinsi Bali
yang ditampilkan dalam Pesta Kesenian Bali tahun 1980.
9. Tari Garuda Nusantara
(Sliwedari)
Tarian ini menggambarkan tentang burung garuda yang memamerkan
keindahan, kegagahan dan kelincahanya. Hal tersebut ditunjukan dengan tarian
burung garuda, yaitu dengan gerakan berjalan, mengibaskan sayap, teknik
bertarung, terbang dan lain sebagainya. Burung garuda sering dianggap sebagai
makhluk setengah dewa yang memiliki kharakter keberanian, kekuatan, kesetiaan,
disiplin serta berjiwa bebas. Gerakan tarian ini juga sebagai perwujudan, bahwa
burung garuda adalah raja dari semua burung, serta menunjukan bahwa betapa
layaknya burung garuda menjadi burung pelambang bangsa Indonesia.
10. Tari Banjar Kemuning
Tari Banjar Kemuning diciptakan oleh Agustinus,S.Sn. Tari ini mengambil
inspirasi dari sebuah desa yang terletak di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur yaitu
Desa Banjar Kemuning. Desa ini adalah desa pesisir dimana masyarakatnya
menggantungkan hidup sebagai nelayan. Tarian ini menggambarkan kehidupan para
istri nelayan yang tegar, kuat, namun juga luwes menghadapi sulitnya hidup
ketika ditinggal para suaminya berlayar. Selalu memanjatkan doa kepada Yang
Maha Kuasa dalam kesehariannya.
Kostum Tari Banjar Kemuning Terdiri dari rok yang bisa melebar dan
atasan tali leher serta cunduk melintang di atas sanggul kepala. Sekilas
terlihat seperti tata rambut ala budaya china. Tari ini juga menggunakan
gongseng seperti Remo. Warna kostum yang original adalah warna biru-kuning
seperti tampak pada foto di atas. Namun kini telah ada modifikasi dengan
warna-warna lain seperti Pink dan Ungu. Dibandingkan dengan tari-tari
lainnya, tari Banjar Kemuning tampak minim dengan aksesoris seperti kalung dan
gelang, namun mungkin inilah ciri khas untuk menggambarkan kesederhanaan
masyarakat Banjar Kemuning dan dengan menambahkan gongseng, menambah kesan
kekuatan dalam setiap langkah kaki seperti yang tergambar dalam tari Remo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar