Pada
bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertian dan istilah dasar yang
bersangkutan dengan sastra drama dan teknik keterampilan membaca naskah-naskah
sastra sejenis ini.
Secara
beruntun akan dibicarakan mengenai anatomi sastra drama, plot atau alur cerita,
struktur dramatic Aristoteles, tokoh cerita atau karakter, bahasa, buah pikiran
atau tema, dan dorongan atau motivasi.
Anatomi Sastra Drama
Walaupun
tidak semua, namun kebanyakan naskah-naskah drama dibagi-bagi di dalam babak.
Suatu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang
merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu
tertentu.
Suatu babak biasanya dibagi-bagi lagi dalam adegan-adegan.
Suatu adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan
oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau
lebih tokoh cerita ke atas pentas.
Bagian
lain yang sangat penting dan secara lahiriah membedakan sastra drama dari jenis
fiksi lain adalah dialog. Dialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa
percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Begitu pentinya kedudukan dialog
di dalam sastra drama, sehingga tanpa kehadirannya, suatu karya sastra tidak
dapat digolongkan ke dalam karya sastra drama.
Umumnya
naskah sastra drama mempunyai bagian lain yang jarang tidak hadir, yaitu
petunjuk pengarang. Petunjuk pengarang adalah bagian dari naskah yang
memberikan penjelasan kepada pembaca atau awak pementasan—misalnya sutradara,
pemeran, dan penata seni—mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau perbuatan
dan sifat tokoh cerita.
Bagian naskah lainnya ialah prolog, namun tidak semua naskah memiliki prolog. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Pada dasarnya prolog merupakan pengantar naskah yang dapat berisi satu atau beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan.
Bagian naskah lainnya ialah prolog, namun tidak semua naskah memiliki prolog. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Pada dasarnya prolog merupakan pengantar naskah yang dapat berisi satu atau beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan.
Disamping
prolog terdapat pula epilog. Epilog biasanya berisi kesimpulan pengarang
mengenai cerita; kadang-kadang kesimpulan itu disertai pula dengan nasihat atau
pesan.
Solilokui
adalah bagian lain dari naskah drama. Solilokui merupakan suatu konvensi, yaitu
suatu hal yang diterima pembaca atau penonton sebagai suatu yang wajar di dalam
kerangka sastra drama.
Aside
adalah bagian naskah drama yang diucapkan oleh salah seorang tokoh cerita dan
ditunjukan langsung kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada
di pentas tidak mendengar.
Plot atau Alur Cerita
Plot
atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan
dengan hukum sebab-akibat. Seorang dramawan menyusun plot untuk mencapai
beberapa tujuan, yang terpanting diantaranya adalah untuk mengungkapkan buah
pikiran. Selain itu plot juga memiliki fungsi menangkap, membimbing, dan mengarahkan
perhatian pembaca atau penonton. Meskipun pesan yang akan disampaikan dalam
sebuah drama adalah pesan yang berharga, kalau penonton tidak merasa tertarik
kepada karya yang dicipta, maka buah pikiran atau pesan yang ingin disampaikan
tidak akan sampai sasaran. Tugas menarik pembaca atau penonton diemban plot
dengan mempergunakan unsur-unsurnya.
Ketegangan (suspense) adalah unsur plot yang pertama. Plot baik akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemamuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran penonton dari awal sampai akhir.
Ketegangan (suspense) adalah unsur plot yang pertama. Plot baik akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton melalui kemamuannya untuk menumbuhkan dan memelihara rasa ingin tahu dan kepenasaran penonton dari awal sampai akhir.
Unsur
kedua adalah dadakan (surprise). Pengarang yang baik akan menyusun ceritanya
sedemikian rupa hingga dugaan-dugaan pembaca atau penontonnya selalu keliru dan
peristiwa membelok ke arah lain yang tidak disangka-sangka dan bahkan
mengagetkan.
Ironi
dramatik dapat berbentuk pernyataan-pernyataan atau perbuatan-perbuatan tokoh
cerita yang seakan-akan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Ironi
diciptakan agar tidak mengganggu ketegangan dan hilangnya unsur dadakan.
Sebaliknya, ironi dramatik justru untuk mendukung kedua unsur yang lain. Ironi
dramatik akan menyebabkan pembaca dan penonton lebih penasaran di satu pihak,
di pihak lain akan memperkuat kesan dadakan kalau kemudian terjadi peristiwa
yang ternyata berhubungan erat dengan apa yang terjadi sebelumnya.
Struktur Dramatik Aristoteles
Struktur
dramatik digunakana untuk memelihara kesinambungan hukum sebab akibat dari awal
sampai akhir cerita. Di dalam cerita-cerita konvensional, struktur dramatik
yang dipergunakan adalah struktur dramatik aristoteles. (384-322 SM) dari
karya-karya Sophocles (495-406 SM).
Struktur
adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian, yang kalau satu di antara bagiannya
diubah atau dirusak, akan berubah atau rusaklah seluruh struktur itu. adapun
bagian-bagian itu ialah eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan konklusi.
Eksposisi
adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Komplikasi
atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi dan peningkatan daripadanya.
Di dalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil prakarsa untuk
mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, hasil dari prakarsa itu tidak pasti.
Denga demikian timbullah kegawatan.
Komplikasi
disusl klimaks, bagian selanjutnya dari struktur dramatik aristoteles. Dalam
bagian ini pihak-pihak yang berlawanan atau bertentangan, berhadapan untuk
melakukan perhitungan terakhir yang menentukan. Resolusi menyusul klimaks.
Dalam bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh prakarsa tokoh.
Bagian
terakhir adalah konklusi. Dalam bagian ini nasib-nasib tokoh cerita sudah pasti
plot dan alur cerita, di samping mengembang faal (fungsi) untuk mengungkapkan
buah pikiran pengarang dan menarik serta memelihara perhatian pembaca atau
penonton, juga mengungkapkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita.
Tokoh Cerita atau Karakter
Cerita
yang disajikan dalam suatu drama umumnya adalah totkoh-tokoh yang berupa
manusia, selain binatang atau makhluk lain. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami
peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan di
daam plot.
Sifat
dan kedudukan tokoh cerita di dalam suatu karya sastra drama beraneka ragam.
Ada yang bersifat penting (major) dan ada pula yang digolongkan dalam golongan
tidak penting (minor). Ada yang berkedudukan sebagai protagonis, yaitu tokoh
yang pertama-tama berprakarsa dan dengan demikian berperan sebagai penggerak
cerita. Protagonis adalah tokoh yang pertama-tama mendapat masalah dan
dihadapkan dengan kesukara-kesukaran. Biasanya kepadanya para pembaca
berempati.
Lawan
protagonis adalah antagonis, yaitu peran sebagai penghalang dan masalah bagi
protagonis. Tokoh lain adalah confidant, yaitu tokoh yang menjadi penengah atau
tokoh kepercayaan dari kedua tokoh protagonis atau antagonis sehingga keduanya
bisa mengungkapkan isi hati di pentas dan oleh karena itu membuka peluang lebih
besar kepada pembaca atau penonton untuk mengenal watak dan niat-niat
tokoh-tokoh dengan lebih baik.
Watak
para tokoh bukan saja merupakan pendorong untuk terjadinya peristiwa, akan
tetapi juga merupakan unsur yang menyebabkan gawatnya masalah-masalah yang
timbul dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Tingkah laku dan perkataan
tokoh-tokoh cerita itu niscaya akan membangkitkan perhatian dan membimbing
pembaca atau penonton yang peka untuk memahami, menghayati, dan menyimpulkan
buah pikiran pengarang.
Bahasa
Unsur drama yang sangat penting adalah bahasa. dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Bahasa juga menggerakkan plot dan alur cerita. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan keadaan di mana cerita itu terjadi.
Unsur drama yang sangat penting adalah bahasa. dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Bahasa juga menggerakkan plot dan alur cerita. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang, kita mengetahui tentang tempat, waktu atau zaman dan keadaan di mana cerita itu terjadi.
Bahasa
juga berperan menciptakan suasana terpenting dalam cerita. Bahasa pun sangat
penting hubungannya dengan tokoh. Di samping oleh perbuatannya, watak tokoh
cerita dilukiskan melalui apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh
tokoh lain tentang dia sehingga bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah
pikiran pengarang. Kalaupun tokoh-tokoh tidak mengungkapkan buah pikiran
pengarang secara langsung, pembaca atau penonton akan menyimpulkan buah pikiran
itu terutama melalui bahasa di samping perbuatan tokoh-tokoh cerita.
Buah Pikiran atau Tema
Kalau
seorang seniman tergolong pada kelompok masyarakat yang disebut cendekiawan,
hal itu berarti bahwa sebagai anggota masyarakat ia senantiasa peka dan
memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya. Seorang dramawan atau penulis
naskah drama pertama kali pasti menemukan masalah, artinya ia melihat
kesenjangan antara kenyataan (das Sein) dan harapan (das Sollen).
Unsur
buah pikiran dalam karya sastra drama yang terdiri dari masalah, pendapat, dan
pesan pengarang itu secara langsung dan intuitif disimak oleh pembaca atau
penonton yang baik. Buah pikiran merupakan tujuan akhir yang harus diungkapkan
oleh plot, karakter, maupun bahasa. Oleh karena itu, buah pikiran justru
menjadi pedoman dan pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya.
Dorongan atau Motivasi
Salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur-unsur yang lain adalah dorongan atau motivasi. Motivasi adalah unsur yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama atau protagonis. Jika ingin memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra drama, seyogianya berusaha secepat mungkin untuk menangkap motivasi utama dalam karya itu.
Salah satu unsur yang tidak kalah pentingnya dari unsur-unsur yang lain adalah dorongan atau motivasi. Motivasi adalah unsur yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama atau protagonis. Jika ingin memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra drama, seyogianya berusaha secepat mungkin untuk menangkap motivasi utama dalam karya itu.
Hubungan Langkah-langkah Apresiasi dengan Unsur-unsur
Dramatik.
Langkah pertama dalam apresiasi karya drama adalah keterlibatan jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca atau penonton menyimak pikiran dan perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.
Langkah pertama dalam apresiasi karya drama adalah keterlibatan jiwa, yaitu suatu peristiwa ketika pembaca atau penonton menyimak pikiran dan perasaan pengarang dalam hubungannya dengan suatu masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.
Langkah
kedua dalam apresiasi karya drama adalah kemampuan pembaca atau penonton untuk
melihat hubungan mantik (logis) antara gerak-gerik pikiran, perasaan, dan
khayalnya dengan unsure-unsur drama yang terdapat di dalam karya itu. Dalam
langkah kedua apresiasi initermasuk pula drama sebagai pengungkap buah pikiran
dramawan.
Langkah
ketiga dalam apresiasi karya drama dicapai ketika pembaca atau penonton
memasalahkan dan menemukan atau tidak menemukan hubungan (relevansi) antara
buah pikiran pengarang dengan pengalaman pribadinya dan pengalaman kehidupan
masyarakat secara umum. Dalam tingkat ini, pembaca atau penonton menetapkan
apakah buah pikiran dramawan itu ada manfaatnya, baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar