Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah
dihaluskan.
A.
Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
B.
Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
C.
Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di
bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk
botol yang persegi.Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang,
Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga.Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah
Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak
mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.
D.
Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama
gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang
belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan
gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir.
Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung
yang dibuat dari batu indah pula.Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu
yang dicat atau batu-batu akik.
E.
Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit
kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini
merupakan pekerjaan kaum perempuan.Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai
larangan atau pantangan yang harus di taati.Sebagai contoh di Kalimantan dan
Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit
kayu.Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.
F.
Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang
tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit
kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang
sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi
sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumbawa banyak ditemukan periuk belanga
yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar