KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur
kehadirat Allah swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat,
hidayah, dan inayah Allah swt, kami dapat menyelesikan makalah “Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia” ini sebagaimana tugas yang telah
diberikan.
Makalah ini disusun berdasarkan standart Buku Sejarah KTSP 2006 dan sumber-sumber terpercaya (Internet) dengan memperhatikan silabus Pendidikan SMA utamanya pada buku sejarah bab dua.
Pada
kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepada Ibu
Carwini, S.Pd selaku guru mata pelajaran sejarah, yang senantiasa membimbing
dan menyumbangkan ilmunya kepada kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman dan juga semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
ini.
Penyusun
juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
atas penulisan makalah ini selanjutnya.
Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
Kuningan, 16 Februari 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Semenjak
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka
secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia
berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan
waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya.
Pada tanggal 10 September
1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa
pemerintahan akan diserahkan pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada
tanggal 14 September perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan
melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September
1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang bertugas melucuti tentara
Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu,
karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass
dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan
bermusuhan.
NICA adalah organisasi yang
didirkan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda
menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di
Australia. Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL
setelah dilepas oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda
berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran
melawan NICA dan Sekutu.
Tugas yang diemban oleh
Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies
(AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka memiliki keinginan untuk
menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Menerima
penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan
para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti
dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4. Menegakkan
dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan
sipil.
5. Menghimpun
keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan.
Kedatangan Belanda (NICA) berusaha menegakkan
kembali kekuasaannya di Indonesia.
Kedatangan pasukan Sekutu
pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah
diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland Indies Civil Administration)
sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil
pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan
sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan selamat datang.
Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai kembali
tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat kondisi yang kurang
menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan secara de facto atas
Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu, pasukan AFNEI
diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di daerah-daerah untuk
membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun dalam kenyataannya di
daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi insiden dan pertempuran
dengan pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu tidak bersungguh-sungguh
menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu yang merasa kewalahan,
menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan dan ketertiban sehingga
terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan menegakkan kembali
kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini dengan memberi
dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang Belanda, Laksamana
Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan tentara Sekutu
yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik dan pertempuran di berbagai
daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia berhadapan dengan
rakyat Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi
pertempuran di berbagai daerah di Indonesia.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana bentuk
perjuangan mempertahankan kemedekaan Indonesian dari serangan Sekutu dan NICA?
2. Apa
saja yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam menghadapi pemberontakan
dari dalam negeri?
C. TUJUAN
MAKALAH
1. Dapat
menjelaskan bentuk perjuangan mempertahan kan kemerdekaan Indoneia dari
serangan Sekutu dan NICA, yaitu:
à Perjuangan secara Fisik
à Perjuangan secra Diplomatik
à Perjuangan secara Fisik
à Perjuangan secra Diplomatik
2. Dapat
menjelaskan contoh perjungan kemerdekaan dari pemberontakan dalam negeri,
yaitu:
à Pemberontakan DI/TII
à Pemberontakan PKI di Madiun
à Pemberontakan Andi Aziz di Makassar
à RMS
à APRA di Bandung maupun di Sulawesi Selatan
à Pemberontakan DI/TII
à Pemberontakan PKI di Madiun
à Pemberontakan Andi Aziz di Makassar
à RMS
à APRA di Bandung maupun di Sulawesi Selatan
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
I. PERJUANGAN
MENGHADAPI SEKUTU DAN NICA
A. PERJUANGAN
SECARA FISIK
1. Peristiwa
10 November di Surabaya
Surabaya
merupakan kota pahlawan. Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat
selama revolusi mempertahankan kemerdekaan, sehingga menjadi lambang perlawanan
nasional. Peristiwa di Surabaya merupakan rangkaian kejadian yang diawali sejak
kedatangan pasukan Sekutu tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen
A.W.S. Mallaby.
Setelah
mendarat di Surabaya, NICA berusaha menjadikan Hotel Yamato sebagai markas.
Mereka mengibarkan bendera Belanda, “merah-putih-biru” di tiang puncak hotel Yamato.
Hal ini sontak membuat para pemuda marah. Secara spontan mereka menyerbu masuk
hotel dan menurunkan bendera itu, kemudian merober bagian yanf berwarna biru
lalu bendera pun dikibarkan lagi menjadi merah putih. Sejak saat
itu bentrokan antara pejuang dan pasukan Sekutu terjadi hampir di
tiap sudut kota Surabaya.
Pada
tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank
Internatio di Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby.
Akibat meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar
rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Secara resmi rakyat Surabaya, yang
diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris. Akibatnya pada tanggal 10
November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan
senjatasenjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
JELI
Jendela Info
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya telah menciptakan pekik persatuan demi revolusi yaitu merdeka atau mati. Di samping itu juga merupakan titik balik bagi Belanda karena mengejutkan pihak Belanda yang tidak menyangka kekuatan RI mendapat dukungan rakyat.
Rakyat
Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan
berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama
tiga minggu. Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh
pertempuran Surabaya berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk
dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
2. Bandung
Lautan api
Terjadinya
peristiwa Bandung Lautan Api diawali dari datangnya Sekutu pada bulan Oktober
1945. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh ultimatum Sekutu untuk mengosongkan
kota Bandung. Pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum
pertama isinya kota Bandung bagian Utara selambat-lambatnya tanggal 29 November
1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh
para pejuang. Selanjutnya tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan ultimatum
kembali. Isinya hampir sama dengan ultimatum yang pertama. Menghadapi ultimatum
tersebut para pejuang kebingungan karena mendapat dua perintah yang berbeda.
Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan agar TRI mengosongkan kota Bandung.
Sementara markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya para pejuang mematuhi perintah dari Jakarta. Pada tanggal
23-24 Maret 1946 para pejuang meninggalkan Bandung. Namun, sebelumnya mereka
menyerang Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung. Tujuannya agar Sekutu tidak
dapat menduduki dan memanfaatkan sarana-sarana yang vital. Peristiwa ini
dikenal dengan Bandung Lautan Api. Sementara itu para pejuang dan rakyat
Bandung mengungsi ke luar kota.
JELI
Jendela Info
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”.
Dalam peristiwa Bandung Lautan Api gugur seorang pahlawan yang bernama Moh. Toha. Untuk mengabadikan terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, seorang komposer yang bernama Ismail Marzuki menciptakan lagu “Halo- Halo Bandung”.
3. Pertempuran
Ambarawa
Pertempuran
Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara
pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran
Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober
1945. Pada tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara
pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran
Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas.
Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil
dikepung selama 4 hari 4 malam oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah
terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa tanggal 15 Desember
1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari Ambarawa menjadi
salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
JELI
Jendela Info
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.
Pertempuran di Ambarawa sering dikenal dengan peristiwa “Palagan Ambarawa”. Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangun Monumen Palagan Ambarawa di tengah kota Ambarawa.
4. Medan
Area 1 Desember 1945
Pada
tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di
Medan. Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly. Awalnya mereka diterima secara
baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan dengan tugasnya untuk
membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden terjadi di hotel
Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel
(pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai
pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya terjadi
perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan NICA. Pada
tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papanpapan yang bertuliskan
Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan. Sejak saat itulah
Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan pembersihan
terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan
reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa
kembali. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara
komandan-komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut
memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan
Area.
5. Peristiwa
Merah putih di Manado
Kabar
tentang proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal Pejuanggal 17 Agustus
1945 sampai ke Manado. Kabar itu membuat para pemuda dan pejuang di Manado
gembira. Di lain pihak, pasukan sekutu yang membara serta NICA masuk ke Manado
dan berusaha untuk membebaskan pasukan KNIL yang menjadi tawan perang. Tetapi
NICA lalu mempersenjatai para mantan pasukan KNIL itu. Pasukan itu dijuluki
“Pasukan Tangsi Putih”.
Setelah
sekutu resmi menyerahkan Manado ke tangan kekuasaan NICA pada bulan Desember
1945, NICA langsung melakukan pembersihan dengan menangkap para pemimpin
pergerakan perjuangan agar kedudukan mereka di Manado aman. Pasukan KNIL di
Manado tidak seluruh loyal pada NKRI, merekan dijuluki “Pasukan Tangsi Hitam”.
Pasukan
Tangsi Hitam bergabung dengan Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) dan merencanakan
untuk mengusir NICA dari Manado. Tetapi, rencana PPI itu tercium oleh NICA,
akhirnya para pemimpin PPI ditangkap serta seluruh peluru dan
amunisi Pasukan Tangsi Hitam disita oleh NICA., pasukan tetap punya senjata
tetapi tanpa peluru dan amunisi.
Tetapi
rencan perlawan pada NICA tetap dilaksanakan. Dengan perencanaan yang matang,
serangan ke markas NICA dan Pasukan Tangsi Putih di Teling di lancarkan. dengan
bergerak di malam hari membuat formasi huruf “L”, Pasukan PPI berhasil masuk ke
markas NICA dan berhasil menguasai markas serta membebaskan para pemimpin PPI
yang ditawan NICA. para pejuang merobek bagian biru Belanda sehingga sang merah
putih berkibar di sana. Para pejuang juga berhasil mengalahkan NICA di Tomohon
dan Tondano.
Setelah
kebehasilan itu, para pejuang langsung membentuk pemerintahan sipil dengan B.W.
Lapisan sebagai Residennya kabar kemenangan ini segera di kiri ke Yogjakarta.
Kabar ini juga sekaligus menipis propaganda Belanda bahwa Proklamasi
Kemerdekaan RI hanya berlaku di Jawa saja, dan klaim akan mitos Verbond
Minahasa – Nederland (persahabatan Belanda-Minahasa) yang telah ada sejak 10
Januari 1969 gugur sudah.
B. PERJUANGAN
SECARA DEPLOMATIK
1. Perjanjian
Linggarjati
Perjanjian
Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di Linggarjati, dekat
Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan
Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn. Perjanjiantersebut
dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat Inggris. Berikut ini
beberapa keputusan Perjanjian Linggarjati.
a. Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
b. Republik
Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah
Republik Indonesia.
c. Republik
Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar
ketentuan Perjanjian tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli
1947.
JELI
Jendela Info
Meskipun isi Perjanjian Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
Meskipun isi Perjanjian Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman, Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
2. Perjanjian
Renvile
Dalam
upaya membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda maka DK PBB
mendesak diadakannya gencatan senjata yang terjadi 4 Agustus 1947 serta
membentuk komisi tiga Negara (KTN), Negara-negara tersebut
adalah :
a) Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
b) Belgia (tunjukan Belanda) diwakili oleh Paul Van Zeelan.
c) Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.
a) Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
b) Belgia (tunjukan Belanda) diwakili oleh Paul Van Zeelan.
c) Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang berlabuh di Jakarta.
Delegasi Indonesia terdiri atas PM. Amir syarifuddin, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Dr. Tjoa sik len, Mr. Roem, Haji Agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir. Djuanda. Delegasi Belanda terdiri atas Abdul Kadir Widjoyoatmojo, Jhr. Van Vredenburgh, Dr.Soumokil, Pangeran Kartanegara dan Zulkarnaen.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan Renville. Pokok-pokok isi persetujuan sebagai berikut:
a. Belanda
tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan
kepada RIS yang segera dibentuk.
b. RIS
mempunyai pendudukan yang sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni
Indonesia-Belanda.
c. RI
akan merupakan Negara bagian dari RIS
d. Sebelum
RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada
pemerintahan federal sementara.
e. Pasukan
RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI
Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari perjanjian Renville adalah :
a. Indonesia
terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat melalui masa
peralihan.
b. Indonesia
kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa harus diakui
sebagai daerah kekuasaan Belanda
c. Pihak
republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah kekuasaan Belanda
dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.
Akibat buruk bagi pemerintah RI dengan penandatanganan perjanjian ini adalah :
a. Wilayah
RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
b. Timbulnya
reaksi keras dikalangan pemimpin-pemimpin RI mengakibatkan jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin yang dianggap telah menjual Negara kepada Belanda.
c. Perekonomian
Indonesia diblokade secara ketat oleh Belanda.
d. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer dari daerah-daerah gerilya, kemudian hijrah ke wilayah RI yang berdekatan.
d. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militer dari daerah-daerah gerilya, kemudian hijrah ke wilayah RI yang berdekatan.
Kabinet Amir syarifuddin jatuh dan digantikan kabinet Hatta. Amir syarifuddin yang kecewa akhirnya menjadi oposisi kabinet Hatta dan bersama Muso mengobarkan pemberontakan PKI di Madiun pada bulan September 1948, saat bangsa Indonesia sibuk menghadapi ancaman agresi militer Belanda II.
3. Perjanjian
Roem-Royen
Perjanjian
ini merupakan Perjanjian pendahuluan sebelum KMB. Salah satu kesepakatan yang
dicapai adalah Indonesia bersedia menghadiri KMB yang akan dilaksanakan di Den
Haag negeri Belanda. Untuk menghadapi KMB dilaksanakan konferensi inter
Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan pembicaraan antara badan
permusyawaratan federal (BFO/Bijenkomst Voor Federal Overleg) dengan RI agar
tercapai kesepakatan mendasar dalam menghadapi KMB.
Komisi PBB yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa Indonesia-Belanda ke meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan persetujuan Roem-Royen (Roem-Royen Statement) yang isinya antara lain :
a. Belanda harus pergi meninggalkan daerah Yogyakarta
b. Presiden dan wakil presiden kembali ke Yogyakarta
c. Panglima mengembalikan mandatnya kepada pemerintah Presiden Soekarno
4. Konferensi
Inter Indonesia
Bersamaan
dengan di adakannya Konferensi Inter Indonesia , di Jakarta berlangsung prtemun
wakil-wakil republic Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau Badan
Permusyawaratan dengan Belanda dibawah pengamatan UNCI. Pertempuran tersebut
menghasilkan penggentian permusuhan kedua belah pihak . Presiden Soekarno
sendiri pada 3 Agustus 1949 melalui radio mengeluarkan Radio untuk menghentikan
tembak-menembak. AHJ lovink, Wakil Tinggi Mahkota Kerajaan Belanda sebagai
Panglaima Tertinggi Angkatan Perang Belanda Indonesia, di hari yang sama,
memerintahkan kepada pasukan untuk meletakkan senjata. konferensi
Inter-Indonesia sendiri berlangsung di Yogjakartapada tanggal 19-22 Juli 1949,
dipimpin oleh Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta.
konferensi
empat hari ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:
a. Negara
Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
berdasarkan demokrasi dan federalism
b. RIS
akan dipimpin oleh seorang presiden dan dibantu oleh mentri-mentri
c. RIS
akan menerima kedaulatan baik dan Republik Indonesia Maupun Kerajaan Belanda
d. Angkatan
perang semata-mata hak pemerintah RIS
e. Negara-negara
bagian tidak akan mempunyai angkatan perang sendiri
Pertemuan
ke-dua konferensi Inter-Indonesia diadakan di Jakarta pada 30 Juli 1949, dan
menghasilkan beberapa keputusan yaitu:
a. bendera
RIS adalah sang Merah-Putih
b. lagu
kebangsaan adalah Indonesia Raya
c. Bahasa
resmi RIS adalah Bahasa Indonesia
Wakil
RI dan BFO ber hak memilih Presiden RIS. Negara bagian yang berjumlah 16 berhak
mengisi keanggotaan di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Kedua
Majelis ini juga setuju untuk membentuk panitin persiapan nasional, yang
bertugas mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan pelaksanaan KMB. Selain
itu, dibicarakan soal posisi TNI yang menjadi inti dari pembentukan Angkatan
Parang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang anggota-anggotanya
terdiri atas bekas koninklijk Nederlands Leger (KNIL) dan anggotanya
Koninklyeke Leger (KL) akan kembali ke Belanda. Saat itu, terjadi pembrontakan
di berbagai daerah, seperti pemberontakan KNIL di Bandung, APRA-nya Westerling,
Pembeontakan Andi Aziz di Makassar, dan Pemerontakan RMS.
5. Konferensi
Meja Bundar (KMB)
Konferensi
Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen. Sebelum
KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan
Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia
(KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap
sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.
Konferensi
Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di Yogyakarta dan
tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan difokuskan pada
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan yang cukup penting
adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan politik dan
ekonomi.
Pada bidang pertahanan diputuskan:
Pada bidang pertahanan diputuskan:
a. Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
b. TNI
menjadi inti APRIS, dan
c. negara
bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB
merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa
Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23
Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia,
BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini para delegasi yang
hadir dalam KMB:
a. Indonesia
terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo
b. BFO
dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c. Belanda
diwakili Mr. van Maarseveen.
d. UNCI
diwakili oleh Chritchley.
JELI
Jendela Info
Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan yaitu masalah Uni Indonesia- Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat, dan delegasi Indonesia menghendaki istilah pengakuan kedaulatan.
Dalam KMB terdapat beberapa permasalahan yang sulit dipecahkan yaitu masalah Uni Indonesia- Belanda, masalah hutang, permasalahan Irian Barat, dan delegasi Indonesia menghendaki istilah pengakuan kedaulatan.
Setelah
melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB menghasilkan
beberapa keputusan berikut:
a. Belanda
mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan
kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah
Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara
RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang
dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal
perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet akan
diserahkan kepada RIS.
f. Tentara
Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan Hindia
Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada
tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan
secara bersamaan di Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana,
Perdana Menteri Dr. Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen,
dan Drs. Moh. Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Sedangkan di Jakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota
Belanda A.H.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
II. PERJUANGAN DALAM
MEMPERTAHANKAN KONFLIK DALAM NEGERI
1. Pemberontakan
DI/TII diberbagai daerah.
Pada dasarnya walaupun namanya sama, antara gerakan DI/TII di satu daerah tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan gerakan DI/TII yang meletus di daerah lainnya, karena masing-masing mempunyai latar belakang dan pemimpin yang berbeda.
Pada dasarnya walaupun namanya sama, antara gerakan DI/TII di satu daerah tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan gerakan DI/TII yang meletus di daerah lainnya, karena masing-masing mempunyai latar belakang dan pemimpin yang berbeda.
a)
Gerakan DI/TII di Jawa Barat yang
dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo mempunyai akar persoalan militer dan politik
yaitu perjanjian Renville antara RI dengan Belanda serta keinginan mendirikan
negara yang berdasarkan Islam. Pemberontakan yang berlangsung sejak 1949 baru
dapat dipadamkan tahun 1962 lewat operasi Baratayuda dengan siasat Pagar
Betis.
b)
Gerakan DI/TII di Jawa Tengah baik
yang meletus di daerah Tegal-Brebes-Pekalongan yang dipimpin oleh Amir Fatah,
maupun yang meletus di Kebumen yang dipimpin oleh Kyai Mahfudz Abdur Rahman
atau Kyai Somo Langu yang mendapat dukungan dari anggota batalyon 426 di Kudus
dan Magelang. Menghadapi aksi DI/TII di Jawa Tengah, pemerintah membentuk
operasi pusat yang disebut Gerakan Banteng Negara yang diantaranya adalah
operasi Merdeka Timur yang menghancurkan Gerakan DI/TII di wilayah Jawa Tengah
bagian selatan-Tengah.
c) Gerakan
DI/TII di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar.
Penyebabnya adalah menyangkut rasionalisasi/demobilisasi tentara oleh
Pemerintah di seluruh Indonesia.
Ibnu
Hajar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang mantan letnan dua TNI
yang kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII
Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakan Kesatuan Rakyat yang tertindas,
Ibnu Hajar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan
melakukan tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950, pemerintah masih
memberikan kesempatan kepada Ibnu Hajar untuk menghentikan petualangan secara
baik-baik. Ia dan kesatuannya pernah menyerahkan diri tetapi setelah menerima
perlengkapan, Ibnu Hajar melarikan diri dan melanjutkan pemberontakannya.
Perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali sehingga pemerintah memutuskan
untuk mengadakan operasi. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli
1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya menyerah. Pada tanggal 22 Maret 1965
pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hajar.
c)
Gerakan DI/TII di Aceh,
gerakan ini dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh, mantan Gubernur militer DI Aceh
dan Ketua PUSA. Issu sentral yang menjadi penyebabnya adalah masalah otonomi
daerah dan perimbangan pusat dengan daerah. Sedangkan pemicunya adalah
diturunkannya status Aceh dari Daerah Istimewa (setingkat propinsi) menjadi
Karisidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Pemberontakan yang berlangsung
sejak th. 1953 dapat diakhiri th. 1962 melalui Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh
yang salah satunya adalah pemberian amnesti pada Daud Beureuh.
2. Penumpasan
pemberontakan PKI Madiun
Perjanjian Renville yang isinya sangat merugikan pihak Indonesia, telah menyebabkan jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin. Setelah berhenti dari kabinet Hatta, ia beralih haluan dengan bergabung pada FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang berhaluan sosialis dan menempatkan diri sebagai oposisi kabinet Hatta.
Kelompok FDR ini dalam upaya merebut kekuasaan, melakukan berbagai cara seperti penculikan dan pembunuhan terhadap lawan politik. Langkah kelompok ini semakin merajalela setelah datangnya Muso dari Sovyet, yaitu dengan terjadinya peristiwa tanggal 18 September 1948 FDR/PKI memproklamasikan berdirinya "Sovyet Republik Indonesia" di Madiun.
Perjanjian Renville yang isinya sangat merugikan pihak Indonesia, telah menyebabkan jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin. Setelah berhenti dari kabinet Hatta, ia beralih haluan dengan bergabung pada FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang berhaluan sosialis dan menempatkan diri sebagai oposisi kabinet Hatta.
Kelompok FDR ini dalam upaya merebut kekuasaan, melakukan berbagai cara seperti penculikan dan pembunuhan terhadap lawan politik. Langkah kelompok ini semakin merajalela setelah datangnya Muso dari Sovyet, yaitu dengan terjadinya peristiwa tanggal 18 September 1948 FDR/PKI memproklamasikan berdirinya "Sovyet Republik Indonesia" di Madiun.
Pecahnya
pemberontakan ini ditindaklanjuti pemerintah dengan mengangkat Kolonel Gatot
Subroto sebagai Gubernur militer daerah Surakarta, Pati dan Madiun, serta
Kolonel Sungkono sebagai Panglima Divisi Jawa Timur untuk melaksanakan operasi
militer. Dengan dukungan oleh rakyat, tanggal 30 September 1948 pemberontakan
PKI Madiun bisa dipatahkan, Muso mati tertembak sedangkan Amir Syarifudin
dihukum mati.
3. Pemberontakan
Andi Azis di Sulawesi Selatan (Makassar)
Kapten
Andy Azis adalah bekas perwira KNIL yang telah diterima dalam APRIS dan
bertugas di Sulawesi Selatan. Pemberontakan Andy Azis terkait dengan rencana
pemerintah RIS mendatangkan 1 Bataliyon APRIS ke Sulawesi Selatan yang saat itu
tidak aman karena sering dilanda demonstrasi baik oleh yang pro maupun yang
anti negara federal. Rencana itu ditentang oleh Andy Azis yang bermuara pada
pemberontakan Andy Azis bulan April 1950.
4. RMS
(Rep. Maluku Selatan)
sejak
bulan April 1950 yang dipelopori oleh Mr. DR. Ch. R.S. Soumokil (mantan jaksa
agung NIT). Menghadapi gerakan RMS yang merupakan gerakan separatis, pemerintah
berusaha menyelesaikannya secara damai dengan mengirim misi Dr. Leimena. Karena
gagal maka pemerintah menghadapinya dengan kekerasan senjata melalui ekspedisi
militer yang dipimpin oleh Kol. Alex Kawilarang.
5. APRA
di Bandung maupun Sulawesi Selatan
yang
dipimpin oleh Kapten Reymond Westerling pada bulan Januari 1950. Penyebabnya
adalah karena tuntutan Westerling agar APRA (eks KNIL) yang di Jawa Barat
dijadikan tentara Negara Jawa Barat serta penolakan pembubaran Negara Jawa
Barat, ditolak oleh Pemerintah RIS.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Setelah kemerdekaan, Belanda hadir kembali di
Indonesia dan berupaya menanjapkan lagi kekuasaannya. Oleh karena itu, timbulah
konflik berkepanjangan antara Indonesia dengan Belanda yang mempengaruhi
keberadaan Bangsa Indonesia yang baru berdiri. Beberapa factor yang menyebabkan
terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda diantaranya :
i.
Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia.
ii. Timbulnya
semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia
iii. Belanda
melancarkan agresi militer terhadap wilayah tutorial Republik Indonesia
Dalam kondisi seperti itu, beruntung dunia
internasional ikut berperan menyelesaikan pertikaian di antara keduanya. Di
samping itu, sifat nasionalisme yang dimiliki Bangsa Indonesia dalam setiap
perjuangan baik secara fisik maupun diplomatic. Di beberapa daerah dengan gagah
berani masyarakat menghalau penjajah yang ingin berkuasa di bumi
Indonesia. Rakyat Indonesia dengan penuh semangat dan rasa nasionalisme tinggi
menantang segala bentuk penjajahan. Mereka mempertahankan kemerdekaan yang
telah dicapai dengan mengorbankan jiwa dan raga. Hal ini menjadi
tonggak kekuatan Indonesia hingga digelarnya Konferensi Meja Bundar. Dalam
konferensi ini Belanda akan mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS) pada akhir Desember 1949.
Pada tanggal 27 Desember 1949, dilakukan
upacara penandatanganan naskah Pengakuan kedaulatan RIS di ruang tahta kerajaan
Belanda. Upacara ini dihadiri oleh wakil-wakil dari Belanda -
Indonesia dan bersama-sama menandatangani penyerahan kekuasaan.
Peristiwa ini merupakan akhir dari perjuangan Republik Indonesia untuk
meningkatkan kemerdekaan dan menjadi kemerdekaan DE JURE Negara RIS.
DAFTAR PUSTAKA
http://fitria97.wordpress.com/tugas-tugas/ips/22-2/
http://perjuangankemerdekaanindonesia.blogspot.com/
http://historimaos.blogspot.com/2010/10/lks-bab
3.htmlhttps://sites.google.com/site/redaksisejarahindonesia/contact
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/02/makalah-perjuangan-mempertahankan.html
http://perjuangankemerdekaanindonesia.blogspot.com/
http://historimaos.blogspot.com/2010/10/lks-bab
3.htmlhttps://sites.google.com/site/redaksisejarahindonesia/contact
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/02/makalah-perjuangan-mempertahankan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar